Memahami Teknologi Pendidikan Secara “Kaffah”

Tulisan ini sebelumnya sudah dimuat pada htttps://mochabduh.phd/. Baca artikel sumber

Secara harfiah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring VI, Teknologi Pendidikan (TP) dimaknai sebagai metode bersistem untuk merencanakan, menggunakan, dan menilai seluruh kegiatan pengajaran dan pembelajaran dengan memperhatikan, baik sumber teknis maupun manusia dan interaksi antara keduanya, sehingga mendapatkan bentuk pendidikan yang lebih efektif. Dalam kalimat yang lebih sederhana, TP dapat diartikan sebagai pendekatan sistematis dalam proses belajar-mengajar dengan memanfaatkan berbagai sumber daya, termasuk teknologi, untuk meningkatkan efektivitas pendidikan. Definisi ini menekankan bahwa TP bukan hanya tentang penggunaan perangkat teknologi, tetapi juga mencakup strategi, metode, dan sumber daya yang digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran. Memahami TP secara kaffah sebagaimana judul diatas dimaksudkan tidak hanya mengajak pembaca untuk memahami pada perspektif pemaknaan dan pengertian semata, tetapi juga menyampaikan informasi tentang miskonsepsi, bahasa terangnya kesalah pahaman, tentang TP yang selama ini sudah terlanjur melekat dan dipahami masyarakat luas selama ini.

TP – Pemahaman dan Manfaatnya

Secara keilmuan, TP adalah penerapan prinsip ilmiah, teknik, dan alat teknologi dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan aksesibilitas pendidikan. TP tidak hanya mencakup penggunaan perangkat keras (komputer, proyektor, dan tablet) dan perangkat lunak (Learning Management System (LMS), aplikasi edukasi, dan Kecerdasan Artifisial/Artificial Intelligence (AI), tetapi juga berupa pendekatan, metode, dan teori pembelajaran yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran.  Menurut Association for Educational Communications and Technology (AECT, 2008), TP adalah studi dan praktik etis dalam memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan menciptakan, menggunakan, dan mengelola proses serta sumber daya teknologi yang tepat. Tampak jelas bahwa bagi AECT, orientasi TP tidak hanya sekedar pada perangkat keras dan lunak saja, tetapi lebih makro sebagai sumber daya teknologi.

Sementara menurut Januszewski & Molenda (2008), TP adalah kajian dan praktik etis dalam mendesain, mengembangkan, menerapkan, mengevaluasi, dan mengelola proses serta sumber daya pembelajaran. Ahli pendidikan lain, Robert M. Gagné (1985) menjelaskan bahwa TP adalah pengembangan sistematis dari proses pembelajaran dengan menggunakan teori dan teknik yang berasal dari berbagai disiplin ilmu, termasuk psikologi, komunikasi, dan ilmu komputer.

Karenanya semakin mudah untuk dipahami bahwa TP memiliki berbagai komponen-komponen yang berinteraksi dan bekerja bersama untuk membantu meningkatkan efektivitas pembelajaran. Komponen utama dalam TP adalah perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras merupakan alat fisik yang digunakan dalam proses pembelajaran berbasis teknologi, diantaranya komputer dan laptop untuk mengakses materi pembelajaran digital, proyektor dan smart board untuk penyampaian materi yang lebih interaktif, tablet dan smartphone untuk memfasilitasi pembelajaran mobile dan akses aplikasi edukasi, serta perangkat Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) untuk pembelajaran berbasis simulasi.  Sedangkan perangkat lunak digunakan untuk mendukung proses pembelajaran melalui berbagai aplikasi dan sistem digital, antara lain LMS, aplikasi pembelajaran online, multimedia interakti dan Kecerdasan Artifisial/AI dalam pendidikan.

Karenanya semakin mudah untuk dipahami bahwa TP memiliki berbagai komponen-komponen yang berinteraksi dan bekerja bersama untuk membantu meningkatkan efektivitas pembelajaran. Komponen utama dalam TP adalah perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras merupakan alat fisik yang digunakan dalam proses pembelajaran berbasis teknologi, diantaranya komputer dan laptop untuk mengakses materi pembelajaran digital, proyektor dan smart board untuk penyampaian materi yang lebih interaktif, tablet dan smartphone untuk memfasilitasi pembelajaran mobile dan akses aplikasi edukasi, serta perangkat Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) untuk pembelajaran berbasis simulasi.  Sedangkan perangkat lunak digunakan untuk mendukung proses pembelajaran melalui berbagai aplikasi dan sistem digital, antara lain LMS, aplikasi pembelajaran online, multimedia interakti dan Kecerdasan Artifisial/AI dalam pendidikan.

Yang juga dapat dikelompokkan sebagai komponen pendukung TP adalah metode dan strategi pembelajaran berbasis teknologi yang digunakan dalam proses pembelajaran, diantaranya Blended Learning merupakan kombinasi pembelajaran daring dan tatap muka, Flipped Classroom dimaknai sebagai murid belajar mandiri di rumah sebelum diajarkan dan didiskusikan di kelas, Gamifikasi yang menggunakan elemen permainan untuk meningkatkan motivasi belajar, dan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/PBL) dimana murid belajar melalui proyek nyata yang berbasis teknologi. 

Komponen-komponen TP ini bekerja secara sinergis untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih inovatif, interaktif, dan efektif. TP berperan penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di Indonesia, baik dalam pendidikan formal maupun nonformal. Dengan berkembangnya teknologi digital, penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan menjadi semakin luas dan memberikan berbagai manfaat. Pada tataran teknis, melalui pemanfaatan yang optimal, implementasi TP dapat meningkatkan akses, kualitas, dan efisiensi pembelajaran di Indonesia. Upaya peningkatkan akses pendidikan dimungkinkan melalui skema Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) terutama bagi daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh sekolah-sekolah konvensional. Berbagai platform sistem pembelajaran daring semakin mempermudah murid dan guru dalam mengakses materi pelajaran tanpa batasan dimensi ruang dan waktu. Sementara platform e-learning dan MOOC (Massive Open Online Courses) pun berpotensi untuk peningkatan akses pendidikan karena memberikan kesempatan belajar bagi semua orang kapanpun dan dimanapun, termasuk mereka yang tidak bisa mengikuti pendidikan formal.

Sebagaimana tersirat dari namanya, implementasi TP juga berpotensi tinggi untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Pemanfaatan TP akan membantu guru dalam menyajikan materi pembelajaran secara lebih menarik dan interaktif melalui penggunaan video edukasi, simulasi digital, dan gamifikasi pembelajaran. Melalui LMS guru dipermudah untuk mengatur materi, tugas, dan penilaian secara terstruktur. Pemanfaatan TP berbentuk AI dalam pendidikan juga diyakini akan memberikan pengalaman belajar yang dapat dipersonalisasi sebagaimana kebutuhan murid. 

Miskonsepsi tentang TP

Karena TP adalah kombinasi dari alat, metode, dan strategi yang dirancang untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran, maka dengan berkembangnya teknologi digital, TP terus berkembang untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih baik bagi guru dan murid di berbagai lingkungan pendidikan. Ini membuat TP menjadi salah satu elemen penting dalam dunia pembelajaran modern. Sayangnya, seiring dengan berkembangnya teknologi, muncul berbagai kesalahpahaman atau mis konsepsi yang seringkali menghambat pemanfaatan optimal TP.

Pertama, TP hanya tentang perangkat keras dan lunak. Banyak orang beranggapan bahwa TP hanya melibatkan penggunaan perangkat keras seperti komputer, tablet, atau proyektor, serta perangkat lunak seperti aplikasi pembelajaran atau platform e-learning. Padahal, TP mencakup lebih dari sekadar alat. TP melibatkan pendekatan pedagogis, desain pembelajaran, dan strategi implementasi yang efektif untuk mendukung proses belajar-mengajar. Kedua, TP akan otomatis membuat pembelajaran menjadi lebih baik. Anggapan bahwa penggunaan teknologi secara otomatis meningkatkan kualitas pembelajaran adalah salah kaprah. Teknologi hanyalah alat semata, efektivitasnya tergantung pada bagaimana alat tersebut digunakan. Tanpa strategi pedagogis yang tepat, teknologi tidak akan memberikan dampak signifikan pada hasil belajar.

Ketiga, semua guru dapat langsung menerapkan TP dengan baik. Meskipun TP dirancang untuk mempermudah proses pembelajaran, tidak semua guru memiliki keterampilan atau pengetahuan untuk menggunakannya secara efektif. Pelatihan dan dukungan berkelanjutan sangat penting agar guru dapat memanfaatkan TP dengan optimal. Keempat, TP menggantikan peran guru. Salah satu ketakutan yang sering muncul adalah bahwa TP akan menggantikan peran dan fungsi guru. Faktanya, TP dirancang untuk mendukung dan memperkuat peran guru, bukan menggantikannya. Guru tetap memiliki peran sentral dalam membimbing, menginspirasi, dan menyesuaikan pembelajaran sesuai kebutuhan murid.

Kelima, semua bentuk TP cocok untuk semua murid. Kenyataannya tidak semua TP cocok untuk semua murid. Setiap murid memiliki kebutuhan, gaya belajar, dan preferensi yang berbeda. Karenanya, penting untuk memilih TP yang sesuai dengan kebutuhan individu dan konteks pembelajaran. Keenam, TP hanya relevan untuk pembelajaran online. TP sering dikaitkan dengan pembelajaran daring, tetapi sebenarnya TP juga sangat relevan dalam pembelajaran tatap muka. Misalnya, penggunaan papan tulis interaktif, aplikasi VR dan AR. Ketujuh, penerapan TP membutuhkan biaya tinggi. Muncul anggapan bahwa TP selalu membutuhkan investasi besar. Padahal, banyak solusi TP yang terjangkau atau bahkan gratis, yang bisa memanfaatkan teknologi yang tersedia sehingga dapat mengatasi kendala biaya.

Memahami dan mengatasi miskonsepsi tentang TP adalah langkah penting untuk memaksimalkan manfaatnya dalam proses pembelajaran. Dengan pemahaman yang lebih baik, guru, murid, dan pelaku pendidikan lainnya dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih efektif dan inklusif. TP bukanlah tujuan akhir, melainkan tools yang seharusnya digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan.

Penulis: Moch. Abduh, Ph.D